Pengrajin Dimas Batik, Batik Tulis Tasikmalaya yang Tembus Pasar Global

Pengrajin Dimas Di tengah arus modernisasi dan globalisasi yang kian deras, budaya lokal kerap tergerus oleh tren dan produk luar negeri. Namun, di sebuah sudut kota Tasikmalaya, Jawa Barat, seorang pengrajin batik bernama Dimas Pratama justru berhasil membalikkan arus tersebut. Lewat brand Dimas Batik, ia membawa batik tulis khas Tasikmalaya menembus pasar global, sembari mempertahankan nilai-nilai tradisional yang menjadi jati diri warisan budaya bangsa.

Pengrajin Dimas Warisan Budaya yang Hampir Terlupakan

Tasikmalaya memang dikenal sebagai salah satu sentra kerajinan di Jawa Barat, namun pamornya dalam dunia batik masih tertinggal dibandingkan kota-kota seperti Solo atau Pekalongan. Dimas, yang lahir dan besar di Tasikmalaya, menyadari bahwa batik tulis dari daerahnya memiliki motif dan karakteristik unik yang layak untuk diangkat ke pentas dunia.

Motif batik Tasikmalaya cenderung lebih halus dengan sentuhan floral dan geometris yang dipengaruhi oleh alam sekitar. Namun, minimnya regenerasi pengrajin dan kurangnya pemasaran membuat batik Tasik nyaris terpinggirkan. Dimas memulai usahanya pada tahun 2015, berbekal pelatihan membatik dari ibunya yang juga seorang pengrajin, serta semangat untuk menghidupkan kembali batik tulis lokal yang nyaris punah.

Pengrajin Dimas Langkah Awal yang Tidak Mudah

Di awal perjalanan bisnisnya, Dimas menghadapi berbagai tantangan. Selain keterbatasan modal, ia juga harus berjuang mengubah paradigma masyarakat lokal yang menganggap batik sebagai produk kuno dan tidak praktis. Ia mulai dengan memproduksi batik tulis dalam jumlah kecil dan menjualnya secara daring melalui media sosial dan marketplace lokal.

“Awalnya hanya untuk pasar lokal. Tapi saya sadar kalau ingin batik Tasik dikenal luas, saya harus membidik pasar yang lebih besar,” ujar Dimas. Ia pun mulai mengikuti berbagai pameran kerajinan tingkat nasional, hingga akhirnya mendapat undangan untuk tampil dalam pameran batik di Kuala Lumpur, Malaysia, pada tahun 2018. Di sanalah nama Dimas Batik mulai diperbincangkan secara internasional.

Pengrajin Dimas

Pengrajin Dimas Inovasi Tanpa Menghilangkan Tradisi

Salah satu kunci sukses Dimas adalah kemampuannya berinovasi tanpa menghilangkan esensi batik tulis itu sendiri. Ia memperkenalkan motif-motif baru yang lebih kontemporer, namun tetap dibuat dengan teknik tulis tangan yang rumit dan memerlukan waktu berhari-hari, bahkan berminggu-minggu.

Dimas juga menjalin kerja sama dengan desainer muda untuk menciptakan koleksi pakaian modern berbahan batik tulis. Hal ini membuka pasar baru, terutama di kalangan anak muda dan konsumen luar negeri yang mencari produk etnik dengan sentuhan modern.

“Pasar internasional sangat menghargai produk handmade dengan cerita di balik pembuatannya,” kata Dimas. Ia menekankan pentingnya storytelling dalam setiap produk yang dijual. Setiap helai batik dari Dimas Batik dilengkapi dengan kartu yang menjelaskan asal motif, makna filosofisnya, serta nama pengrajin yang membuatnya.

Pengrajin Dimas Menembus Pasar Global

Sejak 2020, Dimas Batik telah berhasil mengekspor produknya ke berbagai negara, termasuk Jepang, Belanda, Australia, dan Amerika Serikat. Dimas mengatakan bahwa pasar luar negeri justru lebih antusias terhadap batik tulis, karena mereka menghargai keaslian dan keunikan produk.

Proses ekspor pun tidak instan. Ia harus memahami standar kualitas, regulasi bea cukai, dan selera pasar internasional. Namun berkat kegigihannya, Dimas kini bekerja sama dengan distributor di Tokyo dan Amsterdam untuk memasarkan batiknya melalui butik dan galeri seni.

Tak hanya menjual produk, Dimas juga kerap diundang sebagai narasumber dalam seminar kebudayaan serta pelatihan membatik di luar negeri. Ia membawa serta pengrajin dari Tasikmalaya untuk menunjukkan langsung proses pembuatan batik tulis dalam berbagai forum.

Pengrajin Dimas Memberdayakan Komunitas Lokal

Kesuksesan Dimas Batik tidak hanya berdampak pada dirinya pribadi, tetapi juga pada komunitas di sekitarnya. Saat ini, ia telah memberdayakan lebih dari 40 pengrajin batik lokal, sebagian besar adalah perempuan paruh baya yang sebelumnya kesulitan mendapatkan penghasilan tetap.

Melalui pelatihan rutin dan sistem kerja berbasis rumah tangga, para pengrajin bisa bekerja dari rumah sambil tetap mengurus keluarga. Dimas juga membuka kelas membatik untuk anak-anak muda Tasikmalaya agar regenerasi pengrajin tetap terjaga.

“Kalau kita hanya fokus menjual produk, mungkin akan cepat lelah. Tapi kalau kita punya misi budaya, itu jadi semangat yang tak habis-habis,” ujarnya.

Pengrajin Dimas Menjaga Warisan, Merangkul Dunia

Kisah Dimas Batik adalah bukti bahwa warisan budaya bisa menjadi kekuatan ekonomi yang luar biasa jika dikelola dengan bijak dan inovatif. Lewat tangan dingin Dimas Pratama, batik tulis Tasikmalaya tak hanya kembali hidup, tetapi juga mampu bersaing di kancah global.

Dengan kombinasi antara tradisi dan inovasi, serta semangat untuk memberdayakan komunitas lokal, Dimas Batik menjadi contoh nyata bahwa produk lokal Indonesia memiliki potensi besar untuk mendunia—asal dikelola dengan cinta, strategi, dan keberanian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *